Selamatkan Mereka

 photo 20140127_182937_penderita-lumpuh-layu_zpsk1nsea7x.jpg" />  photo unduhan_zpscvsqtv1t.jpg" />  photo Pemabuk_zpsdkgd9fxc.jpg" />  photo images 7_zpshlotigqc.jpg" />  photo een-sukaesih-673x357_zpswd4l2dgl.jpg" />  photo images 5_zpsywpp0c5b.jpg" />  photo images 6_zps4qalzgc4.jpg" />  photo images 4_zpsyzr4393l.jpg" />  photo images 3_zpsfdbi0unj.jpg" />  photo images 2_zpsjibxwr37.jpg" />  photo images 1_zps3qkxhjic.jpg" />  photo Keluarga Miskin Penderita Lumpuh Berjuang Hidup dari Canang_392311_zpss4igxcde.jpg" />

Selasa, 31 Maret 2015

MAXIMIZING YOUR CAPACITY

Oleh: Paulus Winarto *
bottle_with_colored_water_in_glass-other
If you keep learning, keep growing, God will keep blessing.
- Rick Warren
Lola – sebut saja begitu – tampaknya sungguh bermuka badak. Berkali-kali ia kena teguran keras dari atasannya untuk masalah yang sama namun Lola tidak juga menunjukkan perubahan. Memang setiap kali ditegur, Lola selalu mengakui kesalahan dan meminta maaf. Sayangnya, permintaan maaf ini tidak serta merta diikuti dengan tekad untuk merubah diri menjadi lebih baik.
Selain itu, anak-anak buah Lola juga kerap mengeluh karena kreativitas mereka seolah dibelenggu oleh Lola yang terbilang karyawan senior itu. Berbagi ide segar demi kemajuan perusahaan kerap kali langsung dimentahkan oleh Lola. Alasannya klasik: perusahaan tidak pernah melakukan hal tersebut sehingga terlalu berisiko untuk diterapkan.
Meski sudah diyakinkan dengan berbagai data ilmiah tentang begitu banyak perusahaan lainnya yang menerapkan ide inovatif yang hampir serupa, Lola tetap saja menolaknya. “Udah, jangan banyak ngomong. Saya lebih tahu urusan beginian daripada kamu. Kamu masih anak ingusan saja, saya sudah jadi supervisor di sini,” begitu kalimat yang sering kali dilontarkannya. Menusuk hati memang tapi apa boleh buat. Anak-anak buahnya hanya menurut. Alhasil seiring perjalanan waktu, divisi tempat Lola memimpin mengalami stagnasi. Turn over pun tinggi lantaran banyak yang merasa tidak dihargai dan kreativitasnya diberangus.
Benar kata para pakar karir bahwa di dunia kerja akan ada 4 jenis karyawan jika dilihat dari sudut pandang motivasi dan kemampuan kerja. Ilustrasinya terlihat pada gambar di bawah ini.
motivasi
Tentu perusahaan sangat mengharapkan semua karyawannya ada di kwadran III (memiliki motivasi kerja tinggi dan kemampuan kerja yang tinggi) namun memang tidak mudah mendapatkannya. Kalau saja ada sekitar 20 persen karyawan di sebuah perusahaan seperti itu, maka itu sudah sangat bagus.
Mereka yang berada di kwadran I sebaiknya tidak direkrut agar tidak menjadi racun atau benalu di dalam perusahaan. Kalau pun sudah terlanjur ada, cobalah untuk dibina dengan berbagai cara: dilatih, dimentoring, ditegur, dst. Jika tidak bisa, apa boleh buat, terkadang harus “dibinasakan”. Misalnya dengan cara dimutasi, ditawarkan pensiun dini, dipaksa mengundurkan diri hingga dipecat.
Para fresh graduated umumnya berada di kwadran II. Mereka masih sangat bersemangat karena usia masih muda namun belum punya pengalaman kerja memadai sehingga kemampuan kerja masih terbilang rendah, meski prestasi akademik bisa jadi sangat cemerlang. Namun bukankah dunia kerja tidak selalu seindah teori di bangku-bangku kuliah?
Yang terkadang bisa menjadi masalah besar adalah mereka di kwadran IV. Lola termasuk di dalamnya. Umumnya yang berada di sini adalah mereka yang sudah senior, bahkan amat senior sehingga nyaris jenuh. Mereka telah menduduki jabatan tertinggi sesuai persyaratan yang ada di perusahaan. Untuk naik ke jabatan yang lebih tinggi, terkadang sudah nyaris mustahil mengingat usia atau persyaratan minimal pendidikan. Dengan kata lain, ada sebagian yang sudah keburu malas jika harus kuliah lagi atau mengikuti sejumlah pelatihan.
Mereka yang ada di kwadran IV dalam hal tertentu bisa dikatakan orang yang sudah banyak makan asam garam dalam bidangnya . Dalam dunia seprofesi, mereka mungkin dianggap sebagai orang yang ahli. Sayangnya, tanpa sikap mau diajar, mereka cenderung merasa tahu segalanya tentang bidang tersebut. Dampaknya, mereka berhenti belajar dan divisi yang mereka pimpin pun berhenti bertumbuh.
Benar kata Sydney Harris, “Seorang pemenang tahu betapa banyak yang masih harus dipelajarinya, meski ia telah dianggap ahli oleh orang lain; seorang pecundang ingin dianggap ahli oleh orang lain sebelum ia cukup belajar untuk mengetahui betapa sedikit yang diketahuinya”. A winner knows how much he still has to learn, even when he is considered an expert by others; a loser wants to be considered an expert by others before he has learned enough to know how little he knows.
ARE YOU GROWING?
Saya sangat salut dengan mentor saya, John C. Maxwell. Ia masih terus belajar meski ia telah menulis lebih dari 70 buku kepemimpinan dan sejak beberapa tahun lalu dikukuhkan sebagai guru kepemimpinan paling berpengaruh di dunia (the world’s most influential leadership guru) berdasarkan survei internasional lembaga Leadership Gurus International (LeadershipGurus.net). EQUIP, organisasi non-profit yang didirikan pria kelahiran tahun 1947 itu telah melatih lebih dari 5 juta pemimpin di lebih dari 175 negara. Saya sungguh beruntung menjadi bagian dari kegerakan EQUIP ini (sebagai salah satu EQUIP Leadership Trainer).
Menjadi pribadi yang lebih baik bukanlah hal yang otomatis terjadi seiring dengan semakin bertambahnya usia seseorang. Agar menjadi lebih baik, diperlukan niat serta upaya yang nyata untuk terus belajar, berubah dan bertumbuh. Ketika kita menjadi pribadi yang lebih baik, hidup kita bisa lebih bermanfaat dan pada akhirnya kita layak untuk menjadi orang yang lebih sukses.
Secara praktis, Maxwell memberikan sejumlah indikator apakah kita saat ini sedang berada pada sebuah lingkungan yang bertumbuh (a growth environment), yaitu:
  1. Ada orang lain yang lebih pandai dari Anda (others are ahead of you).
  2. Anda terus merasa tertantang dengan hal-hal yang baru (you are continually challenged).
  3. Fokus Anda adalah ke depan (your focus id forward).
  4. Atmosfernya menguatkan atau memotivasi pertumbuhan (the atmosphere is affirming).
  5. Anda sering keluar dari zona nyaman (you are often out of your comfort zone).
  6. Anda bergairah ketika bangun tidur (you wake up excited).
  7. Kegagalan bukanlah musuh Anda (failure is not your enemy).
  8. Orang lain di sekeliling Anda pun terus bertumbuh (others are growing).
  9. Ada kesediaan untuk berubah menjadi lebih baik (there is a willingness to change).
  10. Pertumbuhan diteladankan dan diharapkan (growth is modeled and expected).
Pertanyaan sekarang, dari sepuluh indikator itu, berapa yang dengan tegas berani Anda jawab dengan kata “Ya”? Semakin sedikit jawaban ya, kemungkinan semakin kecil pula tingkat pertumbuhan yang Anda miliki untuk bisa memaksimalkan kapasitas Anda. Jika jumlah ya sangat sedikit, mungkin sudah saatnya Anda merubah sikap Anda atau memilih lingkungan baru demi optimalisasi pertumbuhan Anda agar hidup Anda bisa lebih bermanfaat. Semoga! ***
* Best Selling Author, Motivational Teacher, Leadership Trainer & Coach (John Maxwell Team). Klik www.pauluswinarto.com.
If you cannot be teachable, having talent won’t help you.
If you cannot be flexible, having a goal won’t help you.
If you cannot be grateful, having abundance won’t help you.
If you cannot be mentorable, having a future won’t help you.
If you cannot be durable, having a plan won’t help you.
If you cannot be reachable, having success won’t help you.
  • J. Konrad Hole



SUMBER : http://blog.pauluswinarto.com/2014/03/16/maximizing-your-capacity.html#more-691

Tidak ada komentar:

Posting Komentar